Jakarta, VanusNews.com | Anggota Komisi I DPR RI Syamsu Rizal atau Deng Ical menyoroti rendahnya cakupan jaringan internet generasi kelima (5G) di Indonesia yang hingga saat ini baru mencapai sekitar 10 persen.
Deng Ical menyoroti, angka itu tertinggal jauh dibanding negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara yang sudah mencapai 80 persen.
Menurut Deng Ical, kondisi tersebut perlu segera direspons dengan langkah-langkah konkret dan terukur agar Indonesia tidak tertinggal dalam revolusi digital global.
“Semakin cepat, bagus, dan merata jaringan internet di Indonesia, maka semakin besar pula peluang masyarakat untuk mengakses informasi, meningkatkan pengetahuan, dan berkontribusi pada kemajuan bangsa,” ujar Deng Ical, Kamis (30/10/2025).
Deng Ical menegaskan, internet bukan lagi sekadar koneksi, tetapi telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat modern.
Akses internet, lanjut Deng Ical, adalah investasi sumber daya manusia (SDM) sekaligus ketahanan bangsa.
“Internet adalah Jalan Tol Udara yang menghubungkan ide, inovasi, dan kreativitas masyarakat ke seluruh dunia. Infrastruktur digital adalah bagian dari investasi bangsa. Maka, mempercepat pemerataan jaringan internet sama pentingnya dengan membangun jalan, pelabuhan, atau bandara,” tegas Deng Ical.
Deng Ical menilai, kehadiran internet yang cepat dan merata akan mengakselerasi masyarakat dan mendorong produktivitas di berbagai sektor.
Dirinya mencontohkan, pelaku UMKM akan lebih mudah memasarkan produk melalui platform digital, sementara sektor pariwisata dapat memperluas promosi ke pasar global tanpa harus bergantung pada promosi konvensional.
“Dengan koneksi internet yang stabil, daerah-daerah terpencil bisa terhubung langsung dengan pasar nasional dan global. Ini akan memperkecil kesenjangan antara kota dan desa,” ulas Deng Ical.
Deng Ical menekankan, pemerataan akses internet adalah kunci pemerataan informasi dan ekonomi rakyat.
Oleh karena itu, dirinya mendorong pemerintah bersama operator telekomunikasi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur jaringan dan memastikan kebijakan digitalisasi benar-benar berpihak kepada masyarakat luas.
“Pemerintah harus menciptakan ekosistem digital yang inklusif, memperkuat kolaborasi lintas sektor mulai dari penyedia layanan, pemerintah daerah, hingga pelaku startup. Selain itu, perlu ada insentif investasi dan regulasi yang adaptif agar pengembangan jaringan 5G bisa meluas tanpa hambatan birokratis,” imbuh Deng Ical.
Sebagai langkah konstruktif, Deng Ical juga mengusulkan agar program percepatan 5G diintegrasikan dengan kebijakan literasi digital nasional.
“Koneksi yang cepat harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkannya secara produktif dan aman. Internet yang cerdas akan melahirkan masyarakat yang unggul dan berdaya saing global,” pungkas Deng Ical. VN-DAN








